Berbicara soal keadilan orang akan teringat keadilan Umar bin Khattab jika menyoalkan kejujuran tanpa membeda-bedakan keluarga dekat atau bukan orang akan ingat kejujuran Umar dan jika ada yang berbicara pengetahuan dan hukum agama yang mendalam orang akan teringat Umar.
Begitu juga ketika orang membicarakan Umar tentang bagaimana ia menghormati seorang perempuan, kisah berikut ini mengajarkan kita tentang bagaimana sikap perlakuan Umar terhadap sosok perempuan.
Suatu ketika Umar bin Khattab tidak langsung menuju rumah nya usai menunaikan sholat subuh seperti kebiasaannya Umar tidak pernah absen belusukan ke kampung-kampung memantau keadaan rakyatnya hingga siang hari.
Ketika Sang Khalifah bergelar Amirul Mukminin ini ditemanin Jarud yang diajaknya secara spontan, selama menjabat sebagai pemimpin umat Islam Umar memang tidak memiliki pengawal seperti halnya pemimpin saat ini.
Ditengah perjalanan langkah Umar terhenti ketika mendengar suara seorang perempuan paruh baya berkata, Assalamualaikum Wahai Amirul Mukminin Umar bin Khattab, tunggu sebentar aku ingin berbicara denganmu.
Baca Juga: Kisah Syech Subaqir Ulama Penumbal Tanah Jawa
Tanpa merasa tersinggung Umar berhenti dan mendekat terhadap sumber suara itu dan berkata, ada yang bisa saya bantu wahai saudariku sesama Muslim. Begitulah Umar ketika ditanya oleh rakyatnya tanpa prosedur tetap Umar langsung menemuinya.
Aku masih ingat dahulu engkau dipanggil dengan nama Umair, iya betul (kata Umar singkat), Aku sering melihatmu dipasar ukadz bermain dan bergulat bersama anak-anak sebayamu, sekarang engkau berganti nama bernama Umar bahkan lebih dari itu engkau kini sudah digelari Amirul Mukminin, Itu bukanlah kehendak ku (kata Umar).
Sungguh indah sebutan nama itu tetapi apakah engkau tahu makna dibalik gelar tersebut, ketahuilah wahai Umar, orang yang takut mati tentu tidak akan menyia-nyiakan usianya untuk beramal kebaikan, mendengar kata-kata terakhirnya Umar menunduk sorot matanya yang tajam mulai sembab menahan air mata.
Dengan menghelai nafas Umar berkata "Doakan agar Tuhan membimbing saya menjadi pemimpin yang amanah" (pinta Umar), Melihat Umar yang hampir menangis dengan kata-kata perempuan itu. Jarud lalu berkata, anda sungguh tidak sopan berbicara dengan orang yang dihormati oleh kawan dan lawan, apakah anda tidak tahu beliau adalah Amirul Mukminin.
Baca Juga: Ternyata Langit, Bumi Dan Gunung Menolak Ditawari Jadi Seperti Manusia
Umar hanya tersenyum tanpa menoleh dan pergi, ketika Jarud mengejar dan menghardik si perempuan tersebut namun Umar mencegahnya. Janganlah engkau berkata kasar terhadap perempuan itu tahukah engkau siapakah dia, Jarudpun menggelengkan kepalanya.
Dia adalah Khaulah binti Hakim seorang perempuan yang pengaduannya telah didengar Allah SWT, seperti diabadikan dalam Surat Al-Mujadilah ayat 1 "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya)kepada Allah, dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Dan beberapa hari setelah itu Umar didatangi seorang laki-laki asing yang tidak dikenalinya, namun tentu laki-laki itu sangat mengenali Umar sebagai seorang pemimpin. Laki-laki itu datang keesokan harinya dengan tujuan ingin mengadukan istrinya karena sering marah-marah.
Setelah beberapa kali mendatangi kediaman Umar, laki-laki itu tidak pernah menjumpai sang Khalifah, si laki-laki hanya bertemu dengan istrinya (Umar bin Khattab) yang menyampaikan pesan bahwa Umar belum pulang, beliau masih sibuk dengan urusan rakyatnya.
Kali ini laki-laki itu tidak putus asa dia ingin bertemu Umar dan yakin sang Khalifah akan berada ditempat tinggalnya, setelah jarak beberapa meter sampai kerumah Umar lelaki itu melihat sosok sang Khalifah dia yakin itu adalah orang yang ditujunya.
Sesampainya didepan rumah laki-laki itu tidak langsung mengetuk pintu karena mendengar suara keras yang ditujukan kepada Umar, meski beberapa kali suara perempuan itu meninggi, tidak sepatah katapun balasan dari suara Umar yang enggan membantah masalah-masalah sepele masalah kecil tidak perlu di perbesar.
Setelah melihat dan mendengar keadaan Umar yang pasif ketika dimarahi Istrinya laki-laki tersebut menjadi ragu jika keluhannya akan didengar, jika seorang Amirul mukminin saja seperti itu bagaimana dengan ku (imbuhnya dalam hati).
Laki-laki itu pun pergi meninggalkan rumah Umar, namun berjalan beberapa langkah tiba-tiba dia mendengar suarnya Umar memanggilkan. Wahai Amirul Mukminin aku datang untuk mengadu perangai buruk istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istrimu.
Umar bin Khattab kemudian tersenyum. Wahai saudaraku, aku tetap sabar mnghadapi perbuatannya karena itu memang kewajibanku, alih-alih laki-laki itu menghardik istrinya Umar malah menceritakan betapa besar jasa istrinya dalam kehidupannya di dunia.
"Bagaimana aku bisa marah kepada Istriku karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku ia juga yang mengasuh anak-anakku padahal semua itu bukanlah kewajibannya."
Umar bin Khattab kemudian menasihati laki-laki itu untuk bersikap sabar kepada istrinya karena istrinyalah yang membuat dia tentram di sampingnya,. Karena istriku, aku merasa tentram untuk tidak berbuat dosa maka aku harus mampu menahan diri terhadap perangainya, katanya.
Wahai Amirul Mukminin. istriku juga demikian, Amirul Mukminin pun menjawab, maka hendaknya engkau mampu menahan diri karena yakinlah hal tersebut hanya sebentar saja. laki-laki itu akhirnya pergi dan menjalankan apa yang diperintahkan Umar yakni bersabar.
Begitu juga ketika orang membicarakan Umar tentang bagaimana ia menghormati seorang perempuan, kisah berikut ini mengajarkan kita tentang bagaimana sikap perlakuan Umar terhadap sosok perempuan.
Suatu ketika Umar bin Khattab tidak langsung menuju rumah nya usai menunaikan sholat subuh seperti kebiasaannya Umar tidak pernah absen belusukan ke kampung-kampung memantau keadaan rakyatnya hingga siang hari.
- Teguran untuk Umar yang membuatnya menahan air matanya
Ketika Sang Khalifah bergelar Amirul Mukminin ini ditemanin Jarud yang diajaknya secara spontan, selama menjabat sebagai pemimpin umat Islam Umar memang tidak memiliki pengawal seperti halnya pemimpin saat ini.
Ditengah perjalanan langkah Umar terhenti ketika mendengar suara seorang perempuan paruh baya berkata, Assalamualaikum Wahai Amirul Mukminin Umar bin Khattab, tunggu sebentar aku ingin berbicara denganmu.
Baca Juga: Kisah Syech Subaqir Ulama Penumbal Tanah Jawa
Tanpa merasa tersinggung Umar berhenti dan mendekat terhadap sumber suara itu dan berkata, ada yang bisa saya bantu wahai saudariku sesama Muslim. Begitulah Umar ketika ditanya oleh rakyatnya tanpa prosedur tetap Umar langsung menemuinya.
Aku masih ingat dahulu engkau dipanggil dengan nama Umair, iya betul (kata Umar singkat), Aku sering melihatmu dipasar ukadz bermain dan bergulat bersama anak-anak sebayamu, sekarang engkau berganti nama bernama Umar bahkan lebih dari itu engkau kini sudah digelari Amirul Mukminin, Itu bukanlah kehendak ku (kata Umar).
Sungguh indah sebutan nama itu tetapi apakah engkau tahu makna dibalik gelar tersebut, ketahuilah wahai Umar, orang yang takut mati tentu tidak akan menyia-nyiakan usianya untuk beramal kebaikan, mendengar kata-kata terakhirnya Umar menunduk sorot matanya yang tajam mulai sembab menahan air mata.
Dengan menghelai nafas Umar berkata "Doakan agar Tuhan membimbing saya menjadi pemimpin yang amanah" (pinta Umar), Melihat Umar yang hampir menangis dengan kata-kata perempuan itu. Jarud lalu berkata, anda sungguh tidak sopan berbicara dengan orang yang dihormati oleh kawan dan lawan, apakah anda tidak tahu beliau adalah Amirul Mukminin.
Baca Juga: Ternyata Langit, Bumi Dan Gunung Menolak Ditawari Jadi Seperti Manusia
Umar hanya tersenyum tanpa menoleh dan pergi, ketika Jarud mengejar dan menghardik si perempuan tersebut namun Umar mencegahnya. Janganlah engkau berkata kasar terhadap perempuan itu tahukah engkau siapakah dia, Jarudpun menggelengkan kepalanya.
Dia adalah Khaulah binti Hakim seorang perempuan yang pengaduannya telah didengar Allah SWT, seperti diabadikan dalam Surat Al-Mujadilah ayat 1 "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya)kepada Allah, dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
- Saat Umar bin Khattab di marahi istrinya
Dan beberapa hari setelah itu Umar didatangi seorang laki-laki asing yang tidak dikenalinya, namun tentu laki-laki itu sangat mengenali Umar sebagai seorang pemimpin. Laki-laki itu datang keesokan harinya dengan tujuan ingin mengadukan istrinya karena sering marah-marah.
Setelah beberapa kali mendatangi kediaman Umar, laki-laki itu tidak pernah menjumpai sang Khalifah, si laki-laki hanya bertemu dengan istrinya (Umar bin Khattab) yang menyampaikan pesan bahwa Umar belum pulang, beliau masih sibuk dengan urusan rakyatnya.
Kali ini laki-laki itu tidak putus asa dia ingin bertemu Umar dan yakin sang Khalifah akan berada ditempat tinggalnya, setelah jarak beberapa meter sampai kerumah Umar lelaki itu melihat sosok sang Khalifah dia yakin itu adalah orang yang ditujunya.
Sesampainya didepan rumah laki-laki itu tidak langsung mengetuk pintu karena mendengar suara keras yang ditujukan kepada Umar, meski beberapa kali suara perempuan itu meninggi, tidak sepatah katapun balasan dari suara Umar yang enggan membantah masalah-masalah sepele masalah kecil tidak perlu di perbesar.
Setelah melihat dan mendengar keadaan Umar yang pasif ketika dimarahi Istrinya laki-laki tersebut menjadi ragu jika keluhannya akan didengar, jika seorang Amirul mukminin saja seperti itu bagaimana dengan ku (imbuhnya dalam hati).
Laki-laki itu pun pergi meninggalkan rumah Umar, namun berjalan beberapa langkah tiba-tiba dia mendengar suarnya Umar memanggilkan. Wahai Amirul Mukminin aku datang untuk mengadu perangai buruk istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istrimu.
Umar bin Khattab kemudian tersenyum. Wahai saudaraku, aku tetap sabar mnghadapi perbuatannya karena itu memang kewajibanku, alih-alih laki-laki itu menghardik istrinya Umar malah menceritakan betapa besar jasa istrinya dalam kehidupannya di dunia.
"Bagaimana aku bisa marah kepada Istriku karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku ia juga yang mengasuh anak-anakku padahal semua itu bukanlah kewajibannya."
Umar bin Khattab kemudian menasihati laki-laki itu untuk bersikap sabar kepada istrinya karena istrinyalah yang membuat dia tentram di sampingnya,. Karena istriku, aku merasa tentram untuk tidak berbuat dosa maka aku harus mampu menahan diri terhadap perangainya, katanya.
Wahai Amirul Mukminin. istriku juga demikian, Amirul Mukminin pun menjawab, maka hendaknya engkau mampu menahan diri karena yakinlah hal tersebut hanya sebentar saja. laki-laki itu akhirnya pergi dan menjalankan apa yang diperintahkan Umar yakni bersabar.
Ketika Umar Bin Khattab Dimarahi Istrinya
4/
5
Oleh
femoss