Perang Jamal telah terjadi antara kholifah Ali bin Abi Thalib dan pengikutnya disatu pihak dengan Ummul Mukminin Aisyah, Tolha dan Zubair Rodhiallahu Anhum serta pengikutnya dipihak lain, perang ini terjadi pada pertengahan bulan Jumadil Akhir tahun tiga puluh enam Hijriyah, pertempuran ini ini berjalan dari siang sampai sore hari dan menelan korban sepuluh ribu Muslimin, bahkan dalam riwayat yang lain tiga belas ribu orang.
Adapun kronologis sampai terjadinya pertempuran tersebut sebagai berikut: setelah Tolhan dan Zubair ra membaiat Sayyidina Ali sebagai Khalifah yang berkedudukan di Madinah, maka keduanya meminta ijin dari khalifah untuk melaksanakan ibadah umroh.
Kemudian ketika mereka berada di Mekah, keduanya menemui Ummul Mukminin Aisyah ra, yang saat itu sedang berada di Mekah setelah selesai melaksanakan ibadah Haji, dalam pertemuan itu mereka bersepakat untuk meminta kepada Sayyidina Ali agar secepatnya mengambil Ghisos terhadap pembunuh pembunuh Khalifah Utsman Ibnu Affan ra.
Selang beberapa hari kemudian mereka bertiga dan pengikut pengikutnya berangkat menuju kota Basrah, Khalifah Ali bin Abi Thalib begitu mendengar keberangkatan serta tujuan mereka segera memutuskan untuk berangkat ke Kufah.
Baca Juga: Pesan Imam Ghazali, Jangan Nikahi 6 Tipe Wanita ini
Namun sebelumnya, beliau terlebih dahulu mengirim sahabat sahabatnya termasuk Sayyidina Hasan putranya dan Ammar bin Yasir, guna menggalang kekuatan dan dukungan bagi Khalifah, selanjutnya setelah beberapa hari beliau baru menyusul menuju Kufah bersama pengikutnya.
Kedatangan Khalifah Ali dan rombongannya di Kufah juga terdengar oleh Siti Aisyah ra, Tolha dan Zubair, selanjutnya kedua belah pihak saling mengirim surat dan utusan untuk mengadakan perundingan dan mengadakan langkah apa yang harus di tempuh oleh kedua belah pihak, dan akhirnya mereka sepakat dan setuju untuk mengadakan Islah.
Untuk itu Khalifah Ali menunjuk sahabat Al Go'gok Attamimi sebagai utusan mewakili Khalifah Ali dalam berunding dengan siti Aisyah ra, Tolha ra dan Zubair ra, pada awlanya mereka berkata bahwa mereka datang untuk Islah dan untuk meminta agar orang yang terlibat dalam pembunuhan terhadap Khalifah Utsman ra diadili atau di lakukan Gishos terhadap mereka (Siti Aisyah ra) berkeyakinan, apabila tidak dilaksanakan Ghisos berarti mereka telah meninggalkan Nas yang tertera dalam Al Quran.
Baca Juga: Kisah Sebuah Nama Yang Agung MUHAMMAD
Kemudian Al Go'gok menjawab, bahwa semua yang mereka kehendaki tersebut bisa dilaksanakan apabila suasana sudah aman dan tenang, karenanya agar semua kebaikan yang mereka kehendaki tercapai dan terlaksana maka mereka harus membuat suasana menjadi baik yaitu dengan langkah membait Imam Ali sebagai Khalifah.
Tapi apabila usulnya tersebut mereka tolak dan justru membesar besarkan maslah tersebut, maka keadaan akan semakin keruh dan tidak terkendali yang akibatnya justru menjauhkan apa apa yang mereka kehendaki.
Rupanya jawaban Al Go'gok tersebut membuat Siti Aisyah ra. Tolha dan Zubair merasa senang dan puas dan mereka setuju untuk dilaksanakan, kemudian mereka berkata kembalilah ke Ali dan sampaikan apa yang kamu sarankan, Apabila dia juga menerima saranmu tersebut maka Islah ini akan terlaksana.
Selanjutnya setelah saran Al Go'gok kepada ali beliau setuju, demikian hasil pertemuan antara pihak kholifah Ali dan pihak Siti Aisyah dan berita perdamain tersebut di sambut gembira oleh penduduk Kufah dan Basrah, sehingga malamnya membuat penduduk kedua kota bisa tidur dengan tenang.
Baca Juga: Keraguan Bangsa Yahudi Saat Ingin Menangkap Nabi Allah Isa
Namun Bagi orang orang yang terlibat dalam pembunuhan terhadap Khalifah Utsman ra, berita perdamaian tersebut sangat tidak menyenangkan bagi mereka, sebab apabila perdamaian sampai terlaksa, maka lambat laun mereka pasti akan dikejar dan di adili, karenanya mereka sekuat tenaga berusaha menggagalkan perdamaian tersebut.
Berbagai usaha mereka lakukan dalam usaha mereka mengeruhkan keadaan, diantaranya pada malam hari disaat kelompok Siti Aisyah ra sedang tidur nyenyak mereka menyusup ketempat kelompok Siti Aisyah ra, bahkan sengaja meninggalkan senjata.
Dengan tujuan agar pihak Siti Aisyah ra mengira ada musuh yang masuk menyelinap dimalam hari, bahkanada yang meriwayatkan ada beberapa kemah yang dibakar, Hal ini tentu saja membuat pihak Siti Aisyah curiga dan marah dan itulah yang membuat kesalah pahaman antara kedua belah pihak, sehingga keadaan tidak bisa terkendali dan terjadilah peperangan.
peperangan ini dikenal dengan perang Jamal, karena saat pertempuran, Siti Aisyah ra memimpin peperangan dengan mengendarai unta atau Jamal, dalam peperangan ini Khalifah Ali berpesan kepada pengikutnya agar jangan sampai melukai Siti Aisyah ra dan beliau berkata: bahwa Aisyah adalah istri Rasulullah di dunia dan akhirat.
Namun melihat pertempuran terus berjalan, sedang korban dari kedua belah pihak terus berjatuhan, maka Khalifah Ali memerintahkan agar unta yang dinaiki Siti Aisyah dihantam kakinya sampai roboh, ternyata strategi Imam Ali ini berhasil, sebab begitu unta yang dinaiki Aisyah roboh pengikutnya yang selalu mendampinginya berlarian ketakutan.
Akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh kelompok Khalifah Ali, terbunuh dalam pertempuran ini Sayyidina Tolha sedang Zubair tidak ikut berperang, dia teringat akan sabda Rasulullah SAW yang ditujukan kepadanya, bahwa dia (Zubair) akan bersselisih dengan Ali sedang dia dipihak yang salah.
Karenanya beliau segera meninggalkan medan pertempuran, menuju Wadi Suba' kira kira lima mil dari Basrah, namun ternyata beliau diikuti oleh Amer bin Jurmuz dan disaat akan sholat beliau di tikam sampai meninggal.
Baca Juga: Jenazah Ashim bin Tsabit Yang Di Jaga Allah
Setelah membunuh Zubair, Ibnu Jurmuz mengambil kuda senjata dan cincinnya, kemudian dia memberi tahu teman temannya akan kejadian tersebut, disaat Khalifah Ali mendengar kejadian tersebut beliau berkata: saksikanlah bahwa aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Pembunuh Zubair di Neraka.
Adapun Aisyah ra yang tertawan saat itu, Khalifah Ali memperlakukannya dengan sangat hormat dan baik, kemudian Khalifah Ali memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar Assiddiq (saudara seayah dengan Siti Aisyah) untuk menemui dan melihat keadaan Aisyah.
Selanjutnya Khalifah Ali memerikasa orang orang yang terbunuh serta memerintahkan agar semua dimakamkan dan setelah dikumpulkan khalifah Ali mensholatkan semua orang yang terbunuh dalam pertempuran tersebut, baik dari pihaknya maupun dari pihak Aisyah.
Hal ini membuktikan bahwa semuanya adalah Muslimin, dan andaikata orang yang memerangi Ali dianggap keluar dari Islam sebagaimana golongan Syi'ah menghukum mereka niscaya Khalifah Ali tidak mau mensholati mereka.
Kemudian Khalifah Ali menghampiri Aisyah seraya berkata: Bagaimana keadaan mu Ya Ummah. Aisyah menjawab :Baik kemudian Ali berkata: Semoga Allah mengampunimu, Aisyah menjawab: Begitu pula kamu.
Selanjutnya begitu Khalifah Ali memasuki kota Basrah semua pengikut Aisyah dan semua penduduk kota Basrah membaiat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Selang beberapa hari Khalifah Ali mempersiapkan pemberangkatan siti aisyah ke Mekah, sebab Siti Aisyah berkeinginan untuk melaksanakan ibadah Haji, namun dalam riwayat yang lain diceritakan bahwa siti Aisyah akan kembali ke Madinah.
Semua orang yang datang bersama Aisyah dari Mekah jika mau kembali ke Mekah dipersilahkan, dan yang akan menetap di Basrah dan Kufah di persilahkan, Kemudian Ali memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar untuk mengawal saudaranya serta memerintahkan empat puluh wanita dari kota Basrah untuk mendampingi Siti Aisyah dalam perjalanan menuju Mekah.
Pada waktu rombongan meninggalkan kota Basrah Khalifah Ali dan beberapa orang ikut melepas mereka dan saat itu Ummul Mukminin Aisyah berkata " Wahai anakku janganlah diantara kita saling menyalahkan". kemudian Khalifah Ali berkata: Sesungguhnya beliau adalah istri Rasulullah didunia dan akhirat.
wallahualam bishawab
Adapun kronologis sampai terjadinya pertempuran tersebut sebagai berikut: setelah Tolhan dan Zubair ra membaiat Sayyidina Ali sebagai Khalifah yang berkedudukan di Madinah, maka keduanya meminta ijin dari khalifah untuk melaksanakan ibadah umroh.
Kemudian ketika mereka berada di Mekah, keduanya menemui Ummul Mukminin Aisyah ra, yang saat itu sedang berada di Mekah setelah selesai melaksanakan ibadah Haji, dalam pertemuan itu mereka bersepakat untuk meminta kepada Sayyidina Ali agar secepatnya mengambil Ghisos terhadap pembunuh pembunuh Khalifah Utsman Ibnu Affan ra.
Selang beberapa hari kemudian mereka bertiga dan pengikut pengikutnya berangkat menuju kota Basrah, Khalifah Ali bin Abi Thalib begitu mendengar keberangkatan serta tujuan mereka segera memutuskan untuk berangkat ke Kufah.
Baca Juga: Pesan Imam Ghazali, Jangan Nikahi 6 Tipe Wanita ini
Namun sebelumnya, beliau terlebih dahulu mengirim sahabat sahabatnya termasuk Sayyidina Hasan putranya dan Ammar bin Yasir, guna menggalang kekuatan dan dukungan bagi Khalifah, selanjutnya setelah beberapa hari beliau baru menyusul menuju Kufah bersama pengikutnya.
Kedatangan Khalifah Ali dan rombongannya di Kufah juga terdengar oleh Siti Aisyah ra, Tolha dan Zubair, selanjutnya kedua belah pihak saling mengirim surat dan utusan untuk mengadakan perundingan dan mengadakan langkah apa yang harus di tempuh oleh kedua belah pihak, dan akhirnya mereka sepakat dan setuju untuk mengadakan Islah.
Untuk itu Khalifah Ali menunjuk sahabat Al Go'gok Attamimi sebagai utusan mewakili Khalifah Ali dalam berunding dengan siti Aisyah ra, Tolha ra dan Zubair ra, pada awlanya mereka berkata bahwa mereka datang untuk Islah dan untuk meminta agar orang yang terlibat dalam pembunuhan terhadap Khalifah Utsman ra diadili atau di lakukan Gishos terhadap mereka (Siti Aisyah ra) berkeyakinan, apabila tidak dilaksanakan Ghisos berarti mereka telah meninggalkan Nas yang tertera dalam Al Quran.
Baca Juga: Kisah Sebuah Nama Yang Agung MUHAMMAD
Kemudian Al Go'gok menjawab, bahwa semua yang mereka kehendaki tersebut bisa dilaksanakan apabila suasana sudah aman dan tenang, karenanya agar semua kebaikan yang mereka kehendaki tercapai dan terlaksana maka mereka harus membuat suasana menjadi baik yaitu dengan langkah membait Imam Ali sebagai Khalifah.
Tapi apabila usulnya tersebut mereka tolak dan justru membesar besarkan maslah tersebut, maka keadaan akan semakin keruh dan tidak terkendali yang akibatnya justru menjauhkan apa apa yang mereka kehendaki.
Rupanya jawaban Al Go'gok tersebut membuat Siti Aisyah ra. Tolha dan Zubair merasa senang dan puas dan mereka setuju untuk dilaksanakan, kemudian mereka berkata kembalilah ke Ali dan sampaikan apa yang kamu sarankan, Apabila dia juga menerima saranmu tersebut maka Islah ini akan terlaksana.
Selanjutnya setelah saran Al Go'gok kepada ali beliau setuju, demikian hasil pertemuan antara pihak kholifah Ali dan pihak Siti Aisyah dan berita perdamain tersebut di sambut gembira oleh penduduk Kufah dan Basrah, sehingga malamnya membuat penduduk kedua kota bisa tidur dengan tenang.
Baca Juga: Keraguan Bangsa Yahudi Saat Ingin Menangkap Nabi Allah Isa
Namun Bagi orang orang yang terlibat dalam pembunuhan terhadap Khalifah Utsman ra, berita perdamaian tersebut sangat tidak menyenangkan bagi mereka, sebab apabila perdamaian sampai terlaksa, maka lambat laun mereka pasti akan dikejar dan di adili, karenanya mereka sekuat tenaga berusaha menggagalkan perdamaian tersebut.
Berbagai usaha mereka lakukan dalam usaha mereka mengeruhkan keadaan, diantaranya pada malam hari disaat kelompok Siti Aisyah ra sedang tidur nyenyak mereka menyusup ketempat kelompok Siti Aisyah ra, bahkan sengaja meninggalkan senjata.
Dengan tujuan agar pihak Siti Aisyah ra mengira ada musuh yang masuk menyelinap dimalam hari, bahkanada yang meriwayatkan ada beberapa kemah yang dibakar, Hal ini tentu saja membuat pihak Siti Aisyah curiga dan marah dan itulah yang membuat kesalah pahaman antara kedua belah pihak, sehingga keadaan tidak bisa terkendali dan terjadilah peperangan.
peperangan ini dikenal dengan perang Jamal, karena saat pertempuran, Siti Aisyah ra memimpin peperangan dengan mengendarai unta atau Jamal, dalam peperangan ini Khalifah Ali berpesan kepada pengikutnya agar jangan sampai melukai Siti Aisyah ra dan beliau berkata: bahwa Aisyah adalah istri Rasulullah di dunia dan akhirat.
Namun melihat pertempuran terus berjalan, sedang korban dari kedua belah pihak terus berjatuhan, maka Khalifah Ali memerintahkan agar unta yang dinaiki Siti Aisyah dihantam kakinya sampai roboh, ternyata strategi Imam Ali ini berhasil, sebab begitu unta yang dinaiki Aisyah roboh pengikutnya yang selalu mendampinginya berlarian ketakutan.
Akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh kelompok Khalifah Ali, terbunuh dalam pertempuran ini Sayyidina Tolha sedang Zubair tidak ikut berperang, dia teringat akan sabda Rasulullah SAW yang ditujukan kepadanya, bahwa dia (Zubair) akan bersselisih dengan Ali sedang dia dipihak yang salah.
Karenanya beliau segera meninggalkan medan pertempuran, menuju Wadi Suba' kira kira lima mil dari Basrah, namun ternyata beliau diikuti oleh Amer bin Jurmuz dan disaat akan sholat beliau di tikam sampai meninggal.
Baca Juga: Jenazah Ashim bin Tsabit Yang Di Jaga Allah
Setelah membunuh Zubair, Ibnu Jurmuz mengambil kuda senjata dan cincinnya, kemudian dia memberi tahu teman temannya akan kejadian tersebut, disaat Khalifah Ali mendengar kejadian tersebut beliau berkata: saksikanlah bahwa aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Pembunuh Zubair di Neraka.
Adapun Aisyah ra yang tertawan saat itu, Khalifah Ali memperlakukannya dengan sangat hormat dan baik, kemudian Khalifah Ali memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar Assiddiq (saudara seayah dengan Siti Aisyah) untuk menemui dan melihat keadaan Aisyah.
Selanjutnya Khalifah Ali memerikasa orang orang yang terbunuh serta memerintahkan agar semua dimakamkan dan setelah dikumpulkan khalifah Ali mensholatkan semua orang yang terbunuh dalam pertempuran tersebut, baik dari pihaknya maupun dari pihak Aisyah.
Hal ini membuktikan bahwa semuanya adalah Muslimin, dan andaikata orang yang memerangi Ali dianggap keluar dari Islam sebagaimana golongan Syi'ah menghukum mereka niscaya Khalifah Ali tidak mau mensholati mereka.
Kemudian Khalifah Ali menghampiri Aisyah seraya berkata: Bagaimana keadaan mu Ya Ummah. Aisyah menjawab :Baik kemudian Ali berkata: Semoga Allah mengampunimu, Aisyah menjawab: Begitu pula kamu.
Selanjutnya begitu Khalifah Ali memasuki kota Basrah semua pengikut Aisyah dan semua penduduk kota Basrah membaiat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Selang beberapa hari Khalifah Ali mempersiapkan pemberangkatan siti aisyah ke Mekah, sebab Siti Aisyah berkeinginan untuk melaksanakan ibadah Haji, namun dalam riwayat yang lain diceritakan bahwa siti Aisyah akan kembali ke Madinah.
Semua orang yang datang bersama Aisyah dari Mekah jika mau kembali ke Mekah dipersilahkan, dan yang akan menetap di Basrah dan Kufah di persilahkan, Kemudian Ali memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar untuk mengawal saudaranya serta memerintahkan empat puluh wanita dari kota Basrah untuk mendampingi Siti Aisyah dalam perjalanan menuju Mekah.
Pada waktu rombongan meninggalkan kota Basrah Khalifah Ali dan beberapa orang ikut melepas mereka dan saat itu Ummul Mukminin Aisyah berkata " Wahai anakku janganlah diantara kita saling menyalahkan". kemudian Khalifah Ali berkata: Sesungguhnya beliau adalah istri Rasulullah didunia dan akhirat.
wallahualam bishawab
Peperangan Antara Ali dan Siti Aisyah Ummul Mukminin
4/
5
Oleh
femoss